Minggu, 06 Mei 2012

Active Learning Strategy, Cooperative Learning dan Contextual Teaching and Learning


A.     Pengertian Pembelajaran Active Learning Strategy, Cooperative Learning dan Contextual Teaching and Learning 

1.      Pengertian active learning

Pembelajaran active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.


Active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.[1]


2.       Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja kelompok yang berstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.[2]

3.      Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menanggapinya.

A.     Penerapan Model Pembelajaran Active Learning, Cooparative Learning dan Contekstual Learning pada pelajaran Fiqih materi tentang Shalat

1.      Pembelajran Active Learning 

Dalam metode active learning setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. [3]

Pembelajaran aktif jika dikaitkan dengan materi fiqih tentang Shalat dengan diawali penjelasan dari guru, setelah guru menjelaskan dan memperaktekkan segala hal yang berkaitan dengan materi Shalat maka guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif secara langsung mengamati bahkan mempraktekkan gerakan Shalat tersebut, dengan dilibatkannya siswa secara langsung maka akan membuat siswa menjadi lebih fokus dan mudah mengerti ataupun paham dengan materi yang disampaikan serta siswa akan mudah mengingat karena gerakan tersebut langsung dipraktekkannya sendiri, dan siswa pun tidak akan merasa bosan bahkan siswa akan semakin bersemangat mengikuti proses belajar mengajar.

Seorang Pendidik juga dapat menggunakan metode reconnecting (menghubungkan kembali), jika metode ini digunakan untuk mengembalikan perhatian/ingatan anak didik pada pelajaran shalat tersebut, setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas/praktek shalat tersebut.

2.      Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Jadi dalam pembelajaran materi tentang Shalat, langkah-langkah  pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan adalah membentuk kelompok kecil yang terdiri antar 6-8 orang siswa, setelah itu guru membagikan media tentang materi Shalat, kemudian masing-masing siswa menerima wacana/media tersebut, dan dilanjutkan dengan membacakan/mengamati media yang diberikan oleh guru, setelah semua siswa sudah membaca dan mengamati, maka langkah selanjutnya yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mendiskusikan di kelompok kecil mereka tersebut tentang media Shalat yang diberikan guru, setelah itu hasil dari diskusi siswa di presentasikan dengan kelompok-kelompok yang lainnya.[4]

Dengan demikian dengan pembelajaran kooperatif dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing tentang materi Shalat serta dapat melatih siswa untuk memberanikan diri berbicara didepan teman-temannya selain itu dapat menjalin keakraban antar siswa yang satu dengan yang lain.

3.      Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alami, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengamati sendiri apa yang dipelajarinya dan bukan sekedar mengetahuinya.[5]

Dengan demikian jika dikaitkan dengan materi tentang Shalat, maka guru harus menjelaskan materi tentang Shalat yang dikaitkan dengan ibadah lainnya, yang sering siswa lakukan di kehidupannya sehari-hari, khususnya ibadah Shalat berjama’ah yang dikerjakan oleh setiap umat islam.

Cara ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi dan ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dimasa mendatang


Kesimpulan
Salah satu kemampuan yang dituntut dalam proses pengajaran adalah kemampuan menyajikan metode mengajar. Penyajian metode yang tepat dapat mendatangkan hasil yang diharapkan baik untuk siswa, maupun untuk guru sendiri. Oleh sebab itu, di antara masalah yang harus dikuasai guru adalah memilih metode yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru secara tidak langsung akan dapat berfungsi dalam memperagakan media pengajaran dalam mendorong peserta didik untuk melaksanakan kegiatan praktek dengan tepat.
Dengan demikian, upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.



Daftar Pustaka


Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian, Cetakan Kedua, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu)
Kunandar. 2010.  Guru profesional,( Jakarta: Rajawali Pers)

Mashuri. 2011. Diktat Kompetensi Guru Dalam mengajar,( Palembang)

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran, ( Bandung: Rajawali Pers)

Sukardi, ismail. 2011.  Model dan Metode Pembelajaran,( Palembang: Tunas gemilang Press)


[1] Mashuri. 2011. Diktat Kompetensi Guru Dalam mengajar,( Palembang)

[2] Kunandar. 2010.  Guru profesional,( Jakarta: Rajawali Pers)

[3] Kunandar. 2010.  Guru profesional,( Jakarta: Rajawali Pers)

[4] Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran, ( Bandung: Rajawali Pers)

[5] Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian, Cetakan Kedua, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar