A. Pengertian
Pembelajaran Active Learning Strategy, Cooperative Learning dan Contextual
Teaching and Learning
1. Pengertian
active learning
Pembelajaran
active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang
dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu pembelajaran active learning juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Active
learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal
yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan
memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat
membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada
tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada
pembelajaran konvensional.[1]
2. Pembelajaran
Cooperative Learning
Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja kelompok yang berstruktur. Yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.[2]
3.
Pendekatan
Contextual Teaching and Learning
Pendekatan
Contextual Teaching and Learning
adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan ini siswa akan menhadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan
membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menanggapinya.
A.
Penerapan Model Pembelajaran Active Learning,
Cooparative Learning dan Contekstual Learning pada pelajaran Fiqih materi
tentang Shalat
1.
Pembelajran
Active Learning
Dalam
metode active learning setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang
baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid
dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna
sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk
belajar.
Selain
itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya
sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis,
berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan
masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif,
sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir
yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. [3]
Pembelajaran aktif jika dikaitkan dengan
materi fiqih tentang Shalat dengan diawali penjelasan dari
guru, setelah guru menjelaskan dan memperaktekkan segala hal yang berkaitan
dengan materi Shalat maka guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif secara langsung mengamati bahkan
mempraktekkan gerakan Shalat tersebut, dengan dilibatkannya
siswa secara langsung maka akan membuat siswa menjadi lebih fokus dan mudah
mengerti ataupun paham dengan materi yang disampaikan serta siswa akan mudah
mengingat karena gerakan tersebut langsung dipraktekkannya sendiri, dan siswa
pun tidak akan merasa bosan bahkan siswa akan semakin bersemangat mengikuti proses belajar mengajar.
Seorang
Pendidik juga dapat menggunakan metode reconnecting (menghubungkan kembali),
jika metode ini digunakan untuk mengembalikan perhatian/ingatan anak didik pada
pelajaran shalat tersebut, setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas/praktek
shalat tersebut.
2.
Pembelajaran
Cooperative Learning
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Jadi dalam pembelajaran materi tentang Shalat, langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan
adalah membentuk kelompok kecil yang terdiri antar 6-8 orang siswa, setelah itu guru membagikan media tentang materi Shalat, kemudian masing-masing siswa menerima
wacana/media
tersebut, dan dilanjutkan dengan membacakan/mengamati media yang
diberikan oleh guru, setelah semua siswa sudah membaca dan mengamati, maka langkah selanjutnya yaitu guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mendiskusikan di kelompok kecil mereka tersebut tentang media Shalat yang diberikan guru, setelah itu hasil dari
diskusi siswa di presentasikan dengan kelompok-kelompok yang lainnya.[4]
Dengan demikian dengan pembelajaran
kooperatif dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya
masing-masing tentang materi Shalat serta dapat melatih siswa untuk
memberanikan diri berbicara didepan teman-temannya selain itu dapat menjalin
keakraban antar siswa yang satu dengan yang lain.
3.
Pendekatan
Contextual Teaching and Learning
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan
dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Konsep
belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan secara alami, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja
dan mengamati sendiri apa yang dipelajarinya dan bukan sekedar mengetahuinya.[5]
Dengan demikian jika dikaitkan dengan materi tentang Shalat, maka guru harus menjelaskan materi tentang Shalat yang dikaitkan dengan ibadah lainnya, yang sering siswa lakukan di kehidupannya
sehari-hari, khususnya ibadah Shalat berjama’ah yang dikerjakan oleh setiap umat islam.
Cara
ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi dan ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dimasa mendatang
Kesimpulan
Salah satu kemampuan yang dituntut
dalam proses pengajaran adalah kemampuan menyajikan metode mengajar. Penyajian metode
yang tepat dapat mendatangkan hasil yang diharapkan baik untuk siswa, maupun
untuk guru sendiri. Oleh sebab itu, di antara masalah yang harus dikuasai guru
adalah memilih metode yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, guru secara tidak langsung akan dapat berfungsi
dalam memperagakan media pengajaran dalam mendorong peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan praktek dengan tepat.
Dengan
demikian, upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Daftar Pustaka
Dudung Abdurrahman. 1999. Metode
Penelitian, Cetakan Kedua, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu)
Kunandar.
2010. Guru profesional,( Jakarta: Rajawali Pers)
Mashuri.
2011. Diktat Kompetensi Guru Dalam
mengajar,( Palembang)
Rusman.
2010. Model-Model Pembelajaran, (
Bandung: Rajawali Pers)
Sukardi,
ismail. 2011. Model dan Metode Pembelajaran,( Palembang: Tunas gemilang Press)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar