Minggu, 06 Mei 2012

Contoh Modul


A.  PENDAHULUAN

Modul yang berjudul Hadits ini akan membahas tentang Pengertian Hadits, Pembagian Hadits, Keadilan Para Sahabat, Periwayatan Hadits, Hubungan AL-Qur’an dan Hadits, Modifikasi Hadits dan Pramodifikasi Hadits.
Modul ini terdiri atas tujuh Kegiatan Belajar.
Kegiatan Belajar 1, membahas Pengertian Hadits.
Kegiatan Belajar 2, membahas Pembagian Hadits.
Kegiatan Belajar 3, membahas Keadilan Para Sahabat.
Kegiatan Belajar 4, membahas Periwayatan Hadits.
Kegiatan Belajar 5, membahas AL-Qur’an dan Hadits.
Kegiatan Belajar 6, membahas Modifikasi Hadits.
Kegiatan Belajar 7, membahas Pramodifikasi Hadits.


Tujuan Pembelajaran Umum
Anda diharapkan dapat menjelaskan Pengertian, Pembagian, Keadilan, Periwayatan, AL-Qur’an dan Hadits, Modifikasi dan Pramodifikasi Hadits.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan:
·       Pengertian Hadits.
·       Pembagian Hadits.
·       Keadilan Para Sahabat.
·       Periwayatan Hadits.
·       Hubungan  AL-Qur’an dan Hadits.
·       Modifikasi Hadits.
·       Pramodifikasi Hadits.

Untuk mempelajari modul ini Anda hanya memerlukan waktu dua jam saja. Andapun harus bersedia menjawab soal-soal latihan. Dengan mencocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang disediakan dibagian belakang modul ini.

B.     KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 1
Pengertian,Sejarah,
dan Perkembangan serta Cabang-Cabangnya Hadits

1.    Pendahuluan

Pokok isi/Materi Essensial
Pengalaman ini membahas Pengertian,Sejarah, dan Perkembangan serta Cabang-Cabangnya Hadits.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan
·      Pengertian Hadits.
·      Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Hadits.
·      Cabang-Cabangnya Hadits.
2.    Uraian/Penyajian Isi
penjelasan
A.  Pengertian AL-Hadits

            Secara terminology pengertian Ulumul AL-Hadits dirumuskan oleh Ulama Muhadditsin yaitu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadits sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para perawinya yang menyangkut kedhabithan dan keadilannya dan dari bersambung terputusnya sanad tersebut.

Kemudian setelah Ulumul AL-Hadits dipecah menjadi dua macam disiplin ilmu yaitu Ilmu Hadits Rimayah dan Ilmu Hadits Dirayah yang masing-masing mempunyai definisi secara mandiri yaitu:

1.Ilmu Hadits Riwayah
Secara terminologis maksud Ilmu Hadits Riwayah ialah pengetahuan yang membidangi pembahasan tentang sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan(taqrir), atau yang berkenaan dengan sifat lahiriyah maupun batiniyah Beliau SAW.

 2.Ilmu Hadits Dirayah
Secara terminologi yang dimaksud dengan Ilmu Hadits Dirayah menurut Ibnu Akpaani ialah sesuatu ilmu untuk mengetahui hakekat riwayat, syarat-syarat, jenis-jenis, hukum-hukum, dan untuk mengetahui keadaan perawi serta syarat-syarat mereka dan macam-macam yang diriwayatkan, dan apa saja yang berkaitan dengannya.
            Dan Al-Hafiz Ibnu Hajar mendefinisikan pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi dan keadaan yang diriwayatkan. Sementara Muhammad Mahfuzh al-Tirmizi menta’rifkan ialah Undang-undang atau kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan sanad dan matannya.

B.  Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Hadits

Ilmu Hadits benih-benihnya telah tumbuh sejak masa Rasul SAW, seiring dengan diwujudkannya hadits-hadits kepada para sahabatnya.Hal ini dapat dibuktikan misalnya sebagaimana para sahabat dapat melihat adanya kedustaan yang disampaikan oleh seseorang yang mangatas namakan Nabi SAW. Dan juga Nabi SAW telah menetapkan beberapa aturan, bagaimana Hadits itu seharusnya diterima dan disampaikan kepada orang lain. Seperti juga Rasul SAW menyampaikan hadits-hadits tersebut pula.
Pada masa  Sahabat terutama pada masa Tabi’in kebutuhan terhadap ilmu Hadits ini semakin terasa setelah Rasul SAW wafat, karena beliau sebagai sumber untuk merujukkan Hadits. Sehingga diperlukan adanya tolak ukur untuk mengkaji kebenaran suatu hadits. Kekhawatiran mereka nampak adanya kesungguhan dengan perhatian yang optimal menghafal, mencatat, meriwayatkan, dan mendewakannya.
Suatu hal yang pasti bahwa sebelum mendewakan haditspendewaan Ilmu Hadits sebagai pemula, karena Hadits adalah materi yang ingin dicapai adalah terkumpulnya dan dapat dipelajari. Sementara Ushulul Hadits merupakan qaidah-qaidah dan tata cara untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu Hadits secara untuk mengetahui sahih atau dha’ifnya Hadits dimaksud.

C.  Cabang-Cabang Ulumul Hadits

Setelah Ulumul Hadits dipisahkan menjadi dua sub disiplin ilmu yaitu Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits lainnya, diantaranya:
1)   Ilmu Rijal Al-Hadits
2)   Ilmu Jara wa Al-Ta’dil
3)   Ilmu Asbab Wurud Al-Hadits
4)   Ilmu Mukhtaliful Al-Hadits
5)   Ilmu Ilail Al-Hadits

      Cabang ilmu Hadits diatas dapat diuraikan secara singkat yaitu:

 1. Ilmu Rijal AL-Hadits
Secara bahasa kata Rijal AL-Hadits artinya orang-orang disekitar Hadits. Maka ilmu    Rijal AL-Hadits adalah ilmu orang-orang disekitar Hadits.
Secara terminologis yang dimaksud dengan ilmu Rijal AL-Hadits adalah ilmu pengetahuan yang dalam bahasannya membicarakan hal ihwal dan sejarah kehidupan para rawi golongan Sahabat, Tabi’in dan Tabi’-Tabi’in.

 2. Ilmu AL-Jara wa AT-Ta’dil
Secara bahasa kata AL-Jarhi artinya luka atau cacat dan kata Ta’dil artinya mengadilkan atau menyamakan.akar kata ilmu Jara’ wa Ta’dil artinya ilmu tentang cacat dan keadilan seseorang. Secara terminology yang dimaksud dengan Ilmu Jarhi wa Ta’dil menurut Dr.Ajjaj al-Khatib ialah suatu ilmu yang membahas hal ikhwal para rawi dari segi diterima atau ditolaknya periwayatannya.
Sementara menurut sebagian Ulama mendefinisikan ilmu Jarhi wa Ta’dil dalam suatu definisi ialah ilmu yang membahas tentang para perawi hadits dari segi yang dapat menunjukkan keadaan mereka, baik yang dapat mencatatkan atau membersihkan mereka dengan lafaz tertentu.

 3. Ilmu Asbab Wurud AL-Hadits
Secara bahasa arti kata Asbab Warud AL-Hadits,ialah sebab-sebab adanya hadits itu.Secara terminologis yang dimaksud dengan ilmu Ashab Wurud AL-Hadits,ialah ilmu pengetahuan yang menjelaskan sebab-sebab atau latar belakang diwurudkannya (timbulmya hadits, dan hal-hal yang berhubungan dengannya).

 4. Ilmu Mukhtalif AL-Hadits
            Maksud dari ilmu Mukhtalif AL-Hadits ialah ilmu yang membahas Hadits-Hadits yang menurut lahirnya saling bertentangan, karena adanya kemungkinan dapat dikompromikan baik dengan cara men-taqyid terhadap Hadits yang mutlak atau mentakhsis terhadap yang umum atau dengan cara membawanya kepada beberapa kejadian (yang relevan dengan hadits) dan lain-lainnya.

3.    Latihan 1

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar.

1.    Sebutkan pengertian hadits ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

2.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu Mukhtalif AL-Hadits ?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

3.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ilmu Asbab Wurud Al-Hadits ?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

4.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ilmu Rijal Al-Hadits ?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

5.    Jelaskan Sejarah Perkembangan Ulumul Al-Hadits ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

6.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ilmu Jara wa Al-Ta’dil ?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....


Kegiatan Belajar 2
Pembagian Hadits

1.    Pendahuluan

Pokok Isi/ Materi Essensi
Pengalaman ini membahas tentang Pembagian Hadits.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan Pembagian Hadits.

2.    Uraian/Penyajian Isi

Penjelasan

A.  Hadits Ditinjau Dari Segi Kuantitas Sanad

       Bila dilihat dari segi kuantitas sanad, Hadits terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

A.  Hadits Mutawatir
Secara bahasa Mutawatir berarti mutatabi’ yaitu yang datang berurut-urut dengan tidak adanya jarak, sedangkan yang dimaksud Mutawatir secara terminologis terdapat beberapa definisi seperti dikemukakan berikut ini:
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara tradisi tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta dari sejumlah perawi yang seimbang dari awal sanad sampai akhirnya,dengan syarat jumlah itu tidak kurang dari pada setiap tingkatan sanadnya).
Menurut definisi lain disebutkan :
“Yaitu kabar yang diperoleh melalui panca indra yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mereka berkumpul dan bersepakat dusta”
Dari kedua definisi tersebut diatas dapat ditarik inti kesamaannya,yaitu adanya empat unsur yang dikategorikan Mutawatir, yaitu :
1)   Hadits yang harus diriwayatkan oleh banyak orang.
2)   Hadits yang diterima dari banyak orang.
3)   Perawi harus mencapai tingkat yang wajar dikatakan banyak dengan ukuran sudut Pandang kebiasaan masyarakat bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta sebelumnya.
4)   Hadits yang diperoleh melalui pengamatan panca indra,bukan atas dasar penafsiran Mereka

     Hadits Mutawatir terbagi menjadi dua bagian yaitu Mutawatir lafdzi dan Mutawatir maknawi. Yang dimaksud dengan Hadits Mutwatir Lafdzi adalah Hadits yang dengan lafadznya diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta dari awal sampai akhir sanad. Sedangkan yang dimaksud dengan hadits Mutawatir Maknawi ialah Hadits yang periwayatannya disepakati dengan menyesuaikan maknanya tanpa persis lapaznya.

B.  Hadits Ahad
Pengertian Hadits secara bahasa dari kata ”ahad” atau wahid yang berarti satu, maka yang dimaksud dengan Hadits wahid atua Hadits ahad adalah suatu berarti yang disampaikan satu orang pada setiap thabaqah, sedangkan pengertian Hadits ahad secara terminologis menurut Muhaditsin ialah :
“Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir atau hadits yang tidak mempunyai syarat-syarat mutawatir”.

Klasifikasi Hadits Ahad bila dilihat jumlah rawi dalam hadit Ahad,maka hadits Ahad terbagi kedalam tiga bagian yaitu :

1.    Hadits Mansyur
            “Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi dari golongan sahabat yang tidak mencapai batas mutawatir,kemudian setelah sahabat dan sesudahnya lagi jumlah perawi mencapai jumlah Mutawatir”.

            Dan menurut definisi lain disebutkan,sebagai berikut :
“Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih,serta belum mencapai batas derajat mutawatir”.

2.    Hadits Aziz
       Ta’rif hadits Aziz adalah :
“Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi walaupun orang perawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian setelah itu orang banyak meriwayatkannya”.

3.    Hadits Gharib
       Secara definitif,hadits Gharib ialah :
            “Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi”.
            Adapun hadits Gharib dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,yaitu :
1. Gharib Muthlaq
2. Gharib Nisbiy.

B.  Hadits Ditinjau Dari Segi Kualitas Sanad
      
Dari persoalan inilah para Ulama ahli Hadits kemudian membagi Hadits yang ditinjau dari segi kualitasnya menjadi dua,yaitu:

a.    Hadits Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti ma’khuz(yang diambil) dan mushaddaq(yang dibenarkan atau diterima).Sadangkan menurut istilah adalah :
         “Hadits yang telah sempurna padanya,syarat-syarat penerimaan”.

b.    Hadits Mardud
Mardud menurut bahasa berarti ”ditolak” atau “tidak diterima”. Sedangkan mardud menurut istilah ialah Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat Hadits maqbul.

3.    Latihan 2


Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar.

1.    Sebutkan pengertian Ta’rif hadits Aziz ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

2.    Sebutkan pengertian Hadits Maqbul ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

3.    Sebutkan pengertian Hadits Gharib ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

4.    Sebutkan pengertian Hadits Ahad ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

5.    Sebutkan pengertian Hadits Mansyur ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

6.    Sebutkan pengertian Hadits Mutawatir?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….



Kegiatan Belajar 3
Keadilan Para Sahabat

1.    Pendahuluan

Pokok Isi/ Materi Essensi
Pengalaman ini membahas tentang Keadilan Para Sahabat.

Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan Keadilan Para Sahabat.

2.    Uraian/Penyajian Isi

Penjelasan

A.  Pengertian Sahabat

    1. Definisa Sahabat
Sahabat secara terminologis merupakan kata bentukan dari kata “ash-shuhbah” (persahabatan) yang tidak mengadung pengertiaan persahabatan dalam ukuran tertentu, tetapi berlaku untuk orang yang menyertai orang lain, sedikit ataupun banyak. Sedangkan Sahabat menurut Ulama Hadits adalah setiap muslim yang pernah melihat Rasulullah SAW.
Imam Bukhori dalam kitab shahihnya mengatakan diantara kaum muslim yang pernah menyertai Nabi SAW atau pernah melihat beliau termasuk sahabat beliau.
Imam Ahmad menyebutkan ahli badar termasuk sahabat, kemudian berkata : Manusia paling utama setelah mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW generasi dimana beliau diutus dikalangan mereka sedang berjaya. Setiap orang yang pernah menyertai beliau selama satu tahun atau beberapa bulan atau sehari atau satu jam atau sekedar pernah melihat beliau termasuk sahabat. Ia memiliki status sahabat sesuai dengan kadar kesertaan yang dilakukannya, dan sebelumnya pernah bersama mendengar dari memperhatikan beliau.

    2. Cara Mengetahui Sahabat
       Sahabat bisa diketahui dengan satu diantara indikasi berikut :
a.    Khabar Mutawatir seperti Abu Bakar, Umar Ustman, Ali dan sahabat-sahabat lainnya.
b.    Khabar Mansyur atau Mustafidh yang berada dibawah status Mutawatir.
c.    Salah seorang Sahabat memberikan khabar bahwa seorang berstatus sahabat.
d.   Seseorang mangkhabarkan diri sebagai sahabat setelah diakui keadilan dan memperhatikan beliau SAW dengan baik.
e.    Seorang tabai’in mengkhabarkan bahwa seorang berstatus sebagai sahabat.

    3. Sifat Adil Sahabat
Kesahabatan adalah merupakan status mulia yang memberikan keistimewaan kepada pemiliknya yaitu bahwa seluruh sahabat menurut ahlul sunnah bersifat adil baik yang mengalami masa terjadi fitnah maupun tidak ini merupakan pendapat motoritas Ulama. Sebagian Ulama menyatakan status keadilan mereka sama dengan orang-orang sesudah mereka dalam hal-hal yang sama harus dilakukan penelitian. Syariah muslim ATS-TSabut mengatakan bahwa keadilan para Sahabat adalah sesuatu yang pasti.

    4. Jumlah Sahabat
Menghitung Sahabat sungguh sangat sulit karena mereka berada diberbagai negeri dan kawasan yang ada. Disamping itu terlalu besarnya jumlah mereka tidak memungkinkan dihitung. Ulama melakukan penghitungan semata berdasarkan perkiraan.
Imam Bukhori didalam sahihnya meriwayatkan bahwa ka’ab ibnu Malik berkenaan dengan kisah keterlambatannya dari perang tabuk. berkata “sahabat Rasulullah SAW sangat banyak sehingga tadak mungkin bisa dimuat didalam buku”. Namun demikian kita bisa saja menghitung jumlah mereka ketika terjadi masing-masing peperangan maupun peristiwa penting.

B.  Riwayat hidup Abu Hurairah

Nama “Abu Hurairah” adalah nama (kunyah) atau gelar, yang diberikan oleh Rasul SAW, karena sikapnya yang sangat menyayangi kucing peliharaanya. Sedangkan nama aslinya di masa jahiliyah adalah ‘ Abd Syams ibn Sakar. Kemudian ketika masuk islam Nabi SAW, Menggantinya dengan Abdurrahman ibn Sakhr Al-Dausi (dari Bani Daus ibn Adnan) Al yamani. Ia salah seorang sahabat Rasul SAW. Yang diberi galar kehormatan oleh para Ulama dangan Al-imam, Al-faqih, Al-mujtahid, dan Al-Hafizah. Dialah salah satu Sahabat yang dinobatkan Rasulullah SAW agar mempunyai kekuatan hafalan yang tinggi. Ia dilahirkan pada 19 sebelum hijriyah, sedang meninggalnya di Al- Aqiq pada  tahun 59 H.
Abu Hurairah datang ke Madinah dan bergabung dengan Nabi SAW pada waktu berlangsungnya kampanye menentang Khaibar pada bulan Muharram tahun 7 H (629 M). Tapi sumber lain menyebutkan bahwa ia masuk islam sebelum hijrah atas dorongan Thufail ibn ‘Amir. Sejak memeluk islam Beliau selalu beserta Nabi SAW dan menjadi ketua Jama’ah ahli al-shuffah.
Mengenai kredibilitas Abu Hurairah ini, khususnya keterkaitanya dengan  periwayatan Hadits, banyak yang memberikan  penilian terhadapnya baik yang positif maupun negatif.
Abu Hurairah dikenal sebagai sosok sahabat yang sangat sederhana dalam kehidupan materi, wara, dan takwa. Seluruh hidupnya diabdikan untuk selalu berbakti kepada Allah SWT. Beliau pernah diangkat menjadi  pegawai di Bahrain pada masa khalifah Umar bin Khattab, dan pada masa Muawiyah ia menerima keduduki jabatan sebagai penguasa di madinah.
Hadits-Hadits yang diterimanya, diriwayatkan oleh sekitar 800 orang dari kalangan sahabat dan tabi’in. menurut keterangan ibnu Jauzy dalam talqih  fuhumi Ahl Al-Atsar, bahwa hadis yang diriwayatkannya sebanyak 5.374 buah. Beliau adalah seorang perawi dari kalangan Sahabat yang paling banyak meriwatkan Hadits.
Di antara silsilah  sanat yang paling shahih untuk Hadits-Hadits yang di terima dari Abu Hurairah adalah melalui Ibn Syihab Al-zuhri, dari Sa’id ibn Al-Musayyab. Sedangkan silsilah sanat yang paling lemah ialah melalui Al-Sirri ibn sulaiman dari Daut ibnu yazid Al-Audi dari yazit.(ayah Al-Sirri).
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Beliau juga termasuk salah seorang sahabat yang memiliki catatan Hadits-Hadits dari Rasul SAW, diantara Hadits yang diriwayatkannya juga tercatat beberapa nama yang menulis Hadits yang menerima darinya, diantaranya adalah Abu Shalih Al-Samani, Basyir ibn Nuhaik, Abd Al-Aziz ibn Marwan, Muhammad ibn sirin, dan marwan ibn Hakam.    

C.  Abu Hurairah Dalam Pandangan Muhadditsin

Mengenai kredibilitas Abu Hurairah ini, khususunya dengan periwayatan Hadits banyak penilaian terhadapnya baik yang positif maupun negatif. Dalam pandangan muhadisin Abu Hurairah dipandang sebagi sosok sahabat yang sangat sederhana dalam kehidupan wara dan takwa. Seluruh kehidupannya diabdikan kepada Allah SWT. Beliau pernah diangkat sebagai pegawai di Bahrain pada masa khalifah Umar bin Khattab, akan tetapi ia kemudian diberhentikan karena kebiasaannya meriwayat kan suatu Hadits.
Hadits-Hadits yang diterimanya dirawayatkan oleh sekitar 800 orang dari kalangan Sahabat dan Tabi’in. dari kalangan para sahabat antara lain, Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar, Jabir ibnu Abdillah, Anas ibn Malik. Dan dari kalanngan Tabi’in yaitu Sa’id ibn Al-Musayyab, Ibn Sirin, Ikrimah, Ataha, Mujahid, dan Ahl Al-Atsar, bahwa Hadits diriwanyatkannya sekitar 5374 buah. Beliau adalah seorang perawi dari kalangan Shahaby yang paling banyak meriwayatkan Hadits.    
Diantara silsilah  sanat yang paling shahih untuk Hadits-Hadits yang di terima dari Abu Hurairah ialah melaluli Ibn Syihab Al-zuhri, dari Sa’id ibn Al-Musayyab. Sedangkan silsilah sanat yang paling lemah ialah melalui Al-Sirri ibn sulaiman dari Daut ibnu yazid Al-Audi dari yazit

3.    Latihan 3

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang Anda anggap paling benar.

1.    Hadits-Hadits yang diterimanya  diriwayatkan oleh sekitar ... orang ?
a.    800
b.    700
c.    900
d.   500

2.    Di antara silsilah  sanat yang paling shahih untuk Hadits-Hadits yang di terima dari Abu Hurairah adalah melalui ?
a.    Ibn Syihab Al-zuhri
b.    Ibn Malik
c.    Ibn Mustafa
d.   Ibn Daghi Al-daffi

3.    Abu Hurairah dikenal sebagai sosok sahabat yang sangat sederhana dalam kehidupan ?
a.    materi, wara, dan takwa
b.    bermasyarakat
c.    sehari-hari
d.   dunia

4.    gelar yang diberikan oleh Rasul SAW kepada Abu Hurairah ialah ?
a.    kunyah
b.    gigit
c.    makan
d.   ad-dardiri

5.    Apa pengertian Sahabat terminologis ?
a.    “ash-suhbath”
b.    “ash-shahabatr”
c.    “ash-shuhbah”
d.   “ash-shuhah”




Kegiatan Belajar 4
Periwayatan Hadits


1.    Pendahuluan

Pokok Isi/ Materi Essensi
Pengalaman ini membahas tentang Periwayatan Hadits.
.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan Periwayatan Hadits.

2.    Uraian/Penyajian Isi

Penjelasan

A.  Hadits Riwayat Bil-Lafdzi

Meriwayatkan Hadits dengan lafadz adalah meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz yang mereka terima dari Nabi SAW dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi SAW tersebut. Riwayat Hadits dengan lafadz ini sebenarnya tidak ada persoalan karena sahabat menerima langsung dari Nabi baik melalui pekataan,maupun pebuatan,dan pada saat itu sahabat langsung menulis atau menghafalnya.
Imam Syafi’i menerangkan tentang sifat-sifat perawi :
’Hendaknya orang yang menyampaikan Hadits itu seorang kepercayaan tentang agamanya dan dipercaza bersifat benar dalam bicaraannya dan memahami apa yang diriwayatkan serta mengetahui hal-hal yang memalingkan makna dari lafadz dan hendaklah dia dari orang yang menyampaikan Hadits persis sebagaimana didengar, bukan diriwayatkan dengan makna, apabila diriwayatkan dengan makna sedangkan dia seorang yang tidak mengetahui hal-hal yang memalingkan makna niscaya tidaklah dapat kita mengetahui.Boleh jadi ia memalingkan yang halal kepada yang haram’.
Imam Mawardi mewajibkan menyampaikan Hadits dengan maknanya jika lafadznya terlupa Hadits itu tidak disampaikan dengan maknanya. Al-Mawardi berkata :
‘Jika seorang tidak lupa kepada lafadz Hadits niscaya tidak boleh dia menyebutkan Hadits itu dengan lafadznya, karena didalam ucapan-ucapan Nabi SAW sendiri terdapat Fashahah yang tidak terdapat didalam diri seorang perawinya. Ada pendapat lain yang membolehkan meriwayatkan Hadits dengan maknanya saja dan dengan syarat bahwa Hadits itu bukan yang diminati dan ini hanya terjadi pada periode sahabat dn tabi’innya.Dan dibolehkan hanya bagi ahli-ahli ilmu saja.

B.  Hadits Riwayat Bil-Ma’na

Meriwayatkan Hadits dengan ma’na adalah meriwayatkan Hadits dengan maknanya saja, sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Disamping itu memungkinkan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya, sementara apa yang diucapkan Nabi SAW sudah tidak ingat lagi.
Adapun hadits-hadits yang sudah diterima dan dibukukan dalam kitab-kitab tertentu(seperti sekarang) tidak diperbolehkan merubahnya dengan lafadz-lafadz atau matan yang lain meskipun maknanya tetap.

3.    Latihan 4

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar.

1.    Jelaskan pengertian Hadits Riwayat Bil-Ma’na ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

2.    Jelaskan pengertian Hadits Riwayat Bil-Lafdzi ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................

3.    Jelaskan tentang sifat-sifat perawi menurut Imam Syafi’i ?
..................................................................................................................................................................................................................................................................................



Kegiatan Belajar 5

Hubungan AL-Qur’an Dan Hadits


1.    Pendahuluan

Pokok Isi/ Materi Essensi
Pengalaman ini membahas tentang Hubungan AL-Qur’an Dan Hadits.
.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan Hubungan AL-Qur’an Dan Hadits.

2.    Uraian/Penyajian Isi

Penjelasan

Hubungan AL-Qur’an dan Hadits

Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, maka As-sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi As-Sunnah dalam hubungan dengan Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:

1. Bayan Tafsir
Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak, seperi Hadits :”shallu kamma ro aitumuni ushalli”(shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatKu shalat).adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur’an yang umum,yaitu:”Aqimush-shalah”(kerjakan shalat).

2. Bayan Taqrir
Yaitu AS-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an. Seperti Hadits yang berbunyi: ‘Shoumu liri’yatihiwafthiru liru’yatihi” (berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) dalah memperkokoh ayat Al-Quran dalam surat Al-baqorah:185.

3. Bayan Taudhih
Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti pernyataan Nabi SAW “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati”.adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat AT-Taubah:34, yang artinya ”dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”.pada waktu ayat ini turun banyaknya para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi SAW yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.


3.    Latihan 5


Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar.

1.    Apa yang di maksud dengan Bayan Tafsir ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2.    Apa yang di maksud dengan Bayan Taqrir ?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

3.    Jelaskan apa yang di maksud dengan AL-Qur’an ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.    Apa yang di maksud dengan Bayan Taudhih ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5.    Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, maka As-sunnah berfungsi sebagai ?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….



Kegiatan Belajar 6
Modifikasi Hadits

1.    Pendahuluan

Pokok Isi/ Materi Essensi
Pengalaman ini membahas tentang Modifikasi Hadits.
.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan Modifikasi Hadits.

2.    Uraian/Penyajian Isi

Penjelasan

A.  Pada Abad 1 Hijriah Sampai Hingga Akhir Abad Pertama Hijriah

Hadist-Hadist itu berpindah dari mulut ke mulut, masing-masing perawi meriwayatkannya berdasarkan pada kekuatan hafalannya. saat itu mereka belum mempunyai motif yang kuat untuk membukukan Hadist, karma hafalan mereka terkenal kuat, namun demikian upaya perubahan dari hafalan mejadi tulisan sebenarnya sudah berkembang pada masa Nabi SAW.
Setelah Nabi wafat pada masa Umar Bin khatab menjadi kholifa ke-2 juga merencanakan menghimpun Hadist-Hadist Rasul SAW dalam satu kitab, namun tidak diketahui mengapa niat itu batal dilaksanakan. Dikala kendali Khalafah dipegang oleh Umar Ibnu Abdul Aziz yang dinobatkan dalam tahun 99 Hijriah.Seorang khalifah dari dinasti Umayyah terkenal adil dan wara’.
Sehingga beliau dikenal sebagai khulafah Rasyidin yang ke-5, dan tergerak hatinya untuk membukukan hadits karena dia khawatir para perawi yang membendaharakan Hadits didalam dadanya telah banyak yang meninggal, apabila tidak dibukukan akan lenyap dan dibawa oleh para penghafalnya kedalam alam barzah dan juga semakin banyak kegiatan pemalsuan Hadits yang dilakukan olehadanya perbedaan politik dan perbedaan mazhab dikalangan umat Islam dan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam maka semakin komplek juga permasalahan yang dihadapi oleh umat islam.

B.  Pelopor Gerakan Modifikasi Hadits Dan Kitab-kitab Hadits Abad 2 Hijriah

Sejarah penghimpunan Hadits secara resmi dan massal baru terjadi setelah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz memerintahkan para Ulama dan para tokoh masyarakat untuk menulisnya. Dikatakan resmi karena merupakan kebijakan kepala Negara dan dikatakan massal karena perintah diberikan kepada para gubernur dan ahli Hadits, diantara gubernur madinah yang menerima instruksi untuk mengumpulkan daun dan menuliskan Hadits yaitu Abu Bakar ibn Hazm,Umar Bin Abdul Aziz berkata kepada Hazm.
Tokoh-tokoh pengumpul hadits setelah periode Abu Bakar bin Hazm dan Ibnu Shihab Al-Zuhri, periode sesudahnya bermunculan ahli Hadits yang bertugas sebagai kodifikasi Hadits jilid ke-2 yaitu :
a.    Dimekkah,Ibn Jurraj (w.150 H)
b.    Dimadinah,Abu Ishaq (w.151 H) dan Imam Malik (w.179)
c.    Dibasrah,Ar Rabi’ Ibn Shahih (w.160 H) Said Bin Abi Arubah (w.156 H) dan Hamud Bin Salamah (w.176 H)
d.   Dikuffah,Sofyan Tsauri (w.161 H)
e.    Disyam/sriya,Al-Auza’I  (w.156 H)
f.     Diwasith/iraq, Hasyim (w.188 H)
g.    Diyaman Ma’mar (w.153 H)
h.    Di khurasan / iran, Jarir Bin Abdul Namid (w.188 H) dan Ibnu Mubarrak (w. 181 H)

      Kitab- kitab Hadits yang ditulis pada abad ke-2 H yang disusun pada priode ini jumlahnya relatif sedikit yang sampai kepada umat islam, diantara monumental yang dihasilkan oleh karya terdahulu yang sampai pada masyarakat muslim saat ini adalah :
1). Al Muwatha, oleh imam Malik
2). Al  Musnad, oleh imam Syafi’i
3). Iktilaf Al Hadist,oleh imam Syafi’i
Ciri-ciri kitab Hadits yang ditulis pada abad ke-2 Hijriah :
i)          pada umumnya kitab-kitab Hadits pada masa ini menghimpun Hadits-Hadits Rasulullah SAW serta fatwa-fatwa Sahabat dan Tabi’in.
ii)        Himpunan Hadits pada masa ini masih bercampur baur dengan topik yang ada seperti bidang tafsir, sirah, hukum, dan lainnya
iii)      Didalam kitab-kitab Hadits pada periode ini belum dijumpai pemisahan antara Hadits-Hadits yang berkualitas Shahih,Hasan dan Dha’if.

C.  Hadits Pada Masa ke-3 Hijriah, Masa Pemurnian
Penshahihan dan Penyempurnaan modifikasi

Periode ini berlangsung pada masa pemerintaha Kholifah Al-Ma’mun sampai pada awal pemerintahan kholifah Al-Muqtadir dari ke kholifahan Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini Ulama memusatkan perhatian mereka pada pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurnian Hadits Nabi SAW, sebagai antisipasi mereka terhadap pemalsuan Hadits yang semakin marak.
1.    Kegiatan Pemalsuan Hadits
2.    Upaya Pelestarian Hadits
3.    Tokoh-tokoh pemalsuan Hadits

Diabad ke-3 Hijriah ini telah muncul barbagai kitab Hadits yang agung dan monumental serta menjadi pegangan Umat Islam sampai sekarang diantaranya adalah sebagai berikut:
1)   Kitab Shahih Bukhari.
2)   Kitab Shahih Muslim.
3)   Kitab Sunan Abu Dawud
4)   Kitab Sunan At-Thurmudzy
5)   Kitab Sunan An-Nasa’i
6)   Kitab Sunan Ibn Majah
7)   Musnad Ahmad D

D.  Hadits Pada Abad ke-4 Sampai ke-5 Masa Pemeliharaan, Penerbitan, Penambahan, dan Penghimpunan

Periode ini dimulai pada masa Khalifah Al-Muktadir sampai khalifah Al-Muktashim. Meskipun kekuasaan Islam pada periode ini mulai melemah dan bahkan mengalami keruntuhan pada abad ke-7 Hijriah akibat serangan Hulaqu Khan, cucu dari Jengis khan.
Kegiatan para ulama Hadits tetap berlangsung sebagaimana peroide-periode sebelumnya, hanya saja Hadits-Hadits yang dihimpun pada periode ini tidak sebanyak penghimpunan pada periode-periode sebelumnya, kitab-kitab Hadits yang dihimpun pada periode ini diantara lain adalah :
1)   Al Shahih oleh Ibn Khuzaimah (313 H)
2)   Al Anma’waal oleh Tasqim oleh Ibn Hibban (354 H)
3)   Al Musnad oleh Abu Amanah (316 H)
4)   Al Mustaqa oleh Ibn Jarud
5)   Al Mukhtarah oleh Muhammad Ibn Abd Al Wahid al Maqdisi

3.   Latihan 6

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar.

1.    Sejarah penghimpunan Hadits secara resmi dan massal baru terjadi pada massa ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2.    kitab-kitab Hadits yang dihimpun pada periode ini antara lain adalah ?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

3.      Diabad ke-3 Hijriah ini telah muncul barbagai kitab Hadits yang agung dan monumental serta menjadi pegangan Umat Islam sampai sekarang diantaranya adalah ?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

4.    Tuliskan ciri-ciri kitab Hadits yang ditulis pada abad ke-2 Hijriah ?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

5.    diantara monumental yang dihasilkan oleh karya terdahulu yang sampai pada masyarakat muslim saat ini adalah ?
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................


Kegiatan Belajar 7
Pramodifikasi Hadits


1.    Pendahuluan

Pokok Isi/ Materi Essensi
Pengalaman ini membahas tentang Pramodifikasi Hadits.
.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Anda diharapkan dapat menjelaskan Pramodifikasi Hadits.

2.    Uraian/Penyajian Isi

Penjelasan

A. Hadits periode Rosul SAW

Ada tiga metode yang ditempuh oleh Nabi ketika mengajarkan hadits-hadits tersebut :
1.    Metode pengajaran Hadits secara verbal atau lisan
Melihat posisi sentral beliau sebagai penyampai ajaran islam,maka secara tidak langsung Nabi sendiri adalah guru yang sesungguhnya terhadap sunah dan Haditsnya. Cara yang beliau tempuh adalah dengan mengulang ulang ucapan beliau sebanyak tiga kali demi memudahkan menghafal dan memahami ucapan beliau tersebut.
2.    Metode pengajaran Hadits secara tertulis
Surat-Surat beliau kepada panglima dan komandan perang, gubernur muslim atau penguasa daerah lainnya juga kepada penguasa atau raja non muslim yang diajak masuk islam merupakan suatu bentuk pangajaran hadits secara tertulis. Tentunya bukan beliau sendiri yang menulisnya, mengingat bahwa Beliau adalah Pribadi yang ummiy (tidak bisa membaca dan menulis). Nabi SAW memiliki sekitar 45 penulis-penulis wahyu atau penulis untuk kepentingan aktifitas kenegaraan Beliau SAW.
3.    Metode pengajaran Hadits dengan cara denontrasi (praktek actual)

Ada suatu keistimewaan pada masa Rasul SAW ini yang membedakan dengan masa lainnya. Pada masa ini umat islam secara langsung memperoleh Hadits dari Rasul SAW sebagai sumber Hadits dan tidak ada penghambat atau kesulitandalam  pertemuannya. Ada beberapa cara Rasul SAW menyampaikan Hadits kepada para Sahabat, yaitu:
1)   Melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang disebut majelis al’ilmi
2)   Didalam kesempatannya Rasul SAW juga menyampaikan Haditsnya melalui para sahabat tertentu, yang kemudian disampaikan kepada orang lain.
3)   Melalui ceramah dan pidato ditempat terbuka, seperti ketika haji wada’ dan futur Makkah AL-Qur’an.

A.  Menghafal Hadits
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan Al-Qur’an dan Hadits sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasulullah SAW menggunakan jalan berbeda terhadap Al-Qur’an beliau mengistruksikan kepada sahabatnya supaya menulis dan menghafalnya. Sedangkan terhadap Hadits beliau menyuruh mereka manghafal dan melarang menulisnya secara resmi. Maka para sahabat berusaha menghafal Hadits yang diterima dari Rasul SAW dengan sungguh-sungguh.

B.   Menulis Hadits
       Alasan kenapa hadits pada masa Rasul belum ditulis:
a.    Karena Rasul hidup berdampingan dengan para Sahabat
b.    Karena AS-Sunnah itu dihapal oleh para Sahabat dan disampaikan melalui lisan-lisan mereka
c.    Sedikitnya para penulis pada masa Rasul SAW
d.   Dikarenakan orang Arab atau para Sahabat masih banyak yang ummiy dan mereka menyandarkan pada kekuatan menghafal
e.    Ditakutkan menyandarkan pada kekuatan menghafal

      Tetapi pada zaman Rasul SAW ada juga para Sahabat yang bisa menuliskan Hadits yang mereka dapat dari Rasul SAW dikeping-keping tulang, dipelepah korma, dibatu-batu dan lain-lain.

B. Hadits periode Sahabat

Pada masa ini juga disebutkan oleh para Ulama sebagi masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan. Bentuk-bentuk perhatian para sahabat terhadap Hadits:
a.berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadits
b.meriwayatkan hadits dengan lafas dan makna

Maksudnya periwayatan lafdziah yaitu periwayatan Hadits yang redaksinya atau matannya persis seperti yng diturunkan Rasul SAW, sedangkan periwayatan maknawiyah yaitu periwayatan Hadits yang matannya tidak sama persis dengan yang didengarnya dari Rasul SAW akan tetapi terjaga secara utuh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul SAW tanpa ada perubahan sedikitpun.

C. Hadits periode Tabi’in

Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan Tabi’in tidak berada dengan dilakukan para sahabat mereka, bagaimanapun mengikuti jejak para sahabat sebagai guru-guru mereka. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda dengan yang dihadapi para sahabat. Pada masa ini AL-Qur’an sudah dikumpul dalam satu mushaf. Dipihak lain, usaha yang telah dirintis oleh para sahabat pada masa Khulafa’Al-Rasyidin, khususnya masa kekhalifahan Usman para sahabat ahli Hadits menyebar kebeberapa wilayah kekuasaan Islam. Kepada merekalah para Tabi’in mempelajari Hadits.

3.    Latihan 7

1.    Apa saja bentuk-bentuk perhatian para sahabat terhadap Hadits ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2.    Jelaskan alasan kenapa hadits pada masa Rasul belum ditulis ?
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

3.    Sebutkan cara Rasul SAW menyampaikan Hadits kepada para Sahabat ?
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

4.    Sebutkan tiga metode yang ditempuh oleh Nabi ketika mengajarkan hadits-hadits ?
...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................


C.     PENUTUP

Dalam modul ini  Anda telah mempelajari masalah Hadits, sebagai cara untuk melakukan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Anda juga telah mengetahui apa saja yang sering terkait dengan Hadits tersebut, sehingga menimbulkan rasa solidaritas dalam segala hal.

 Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan Tabi’in tidak berada dengan dilakukan para sahabat mereka, bagaimanapun mengikuti jejak para sahabat sebagai guru-guru mereka. Hanya saja persoalan yang dihadapi mereka agak berbeda dengan yang dihadapi para sahabat.

Jadi tujuan kita mempelajari tentang  Hadits ini agar dapat membedakan hal-hal yang akan mengajak dalam kebaikan dan hal-hal yang akan menjerumuskan kita pada kejahatan.


D.       KUNCI JAWABAN

Latihan 1

1.    ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadits sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para perawinya yang menyangkut kedhabithan dan keadilannya dan dari bersambung terputusnya sanad tersebut
2.    ilmu yang membahas Hadits-Hadits yang menurut lahirnya saling bertentangan, karena adanya kemungkinan dapat dikompromikan baik dengan cara men-taqyid terhadap Hadits yang mutlak atau mentakhsis terhadap yang umum atau dengan cara membawanya kepada beberapa kejadian (yang relevan dengan hadits) dan lain-lainnya.
3.    ilmu pengetahuan yang menjelaskan sebab-sebab atau latar belakang diwurudkannya (timbulmya hadits, dan hal-hal yang berhubungan dengannya).
4.    ilmu pengetahuan yang dalam bahasannya membicarakan hal ihwal dan sejarah kehidupan para rawi golongan Sahabat, Tabi’in dan Tabi’-Tabi’in.
5.    Pada masa  Sahabat terutama pada masa Tabi’in kebutuhan terhadap ilmu Hadits ini semakin terasa setelah Rasul SAW wafat, karena beliau sebagai sumber untuk merujukkan Hadits. Sehingga diperlukan adanya tolak ukur untuk mengkaji kebenaran suatu hadits. Kekhawatiran mereka nampak adanya kesungguhan dengan perhatian yang optimal menghafal, mencatat, meriwayatkan, dan mendewakannya.
6.    ilmu yang membahas hal ikhwal para rawi dari segi diterima atau ditolaknya periwayatannya.

Latihan 2

1.    Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi walaupun orang perawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian setelah itu orang banyak meriwayatkannya.
2.    Hadits yang telah sempurna padanya,syarat-syarat penerimaan.
3.    Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.
4.    Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir atau hadits yang tidak mempunyai syarat-syarat mutawatir.
5.    Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi dari golongan sahabat yang tidak mencapai batas mutawatir,kemudian setelah sahabat dan sesudahnya lagi jumlah perawi mencapai jumlah Mutawatir.
6.    Hadits yang periwayatannya disepakati dengan menyesuaikan maknanya tanpa persis lapaznya

Latihan 3

1.    a
2.    a
3.    a
4.    a
5.    c

Latihan 4

1.    meriwayatkan Hadits dengan maknanya saja, sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan
2.    meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz yang mereka terima dari Nabi SAW dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi SAW tersebut
3.    Hendaknya orang yang menyampaikan Hadits itu seorang kepercayaan tentang agamanya dan dipercaza bersifat benar dalam bicaraannya dan memahami apa yang diriwayatkan serta mengetahui hal-hal yang memalingkan makna dari lafadz dan hendaklah dia dari orang yang menyampaikan Hadits persis sebagaimana didengar, bukan diriwayatkan dengan makna, apabila diriwayatkan dengan makna sedangkan dia seorang yang tidak mengetahui hal-hal yang memalingkan makna niscaya tidaklah dapat kita mengetahui.Boleh jadi ia memalingkan yang halal kepada yang haram.

Latihan 5

1.    Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak.
2.    Yaitu AS-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an.
3.    Kitab suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk menolong umat islam dari api neraka.
4.    Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an.
5.    penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu.

Latihan 6

1.    Khalifah Umar Bin Abdul Aziz
2.    Al Shahih oleh Ibn Khuzaimah (313 H)
Al Anma’waal oleh Tasqim oleh Ibn Hibban (354 H)
Al Musnad oleh Abu Amanah (316 H)
Al Mustaqa oleh Ibn Jarud
Al Mukhtarah oleh Muhammad Ibn Abd Al Wahid al Maqdisi
3.    Kitab Shahih Bukhari.
Kitab Shahih Muslim.
Kitab Sunan Abu Dawud
Kitab Sunan At-Thurmudzy
Kitab Sunan An-Nasa’i
Kitab Sunan Ibn Majah
Musnad Ahmad D
4.    pada umumnya kitab-kitab Hadits pada masa ini menghimpun Hadits-Hadits Rasulullah SAW serta fatwa-fatwa Sahabat dan Tabi’in.
Himpunan Hadits pada masa ini masih bercampur baur dengan topik yang ada seperti bidang tafsir, sirah, hukum, dan lainnya
Didalam kitab-kitab Hadits pada periode ini belum dijumpai pemisahan antara Hadits-Hadits yang berkualitas Shahih,Hasan dan Dha’if.
5.      1). Al Muwatha, oleh imam Malik
2). Al  Musnad, oleh imam Syafi’i
3). Iktilaf Al Hadist,oleh imam Syafi’i

Latihan 7
1.    berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadits
meriwayatkan hadits dengan lafas dan makna
2.    Karena Rasul hidup berdampingan dengan para Sahabat
Karena AS-Sunnah itu dihapal oleh para Sahabat dan disampaikan melalui lisan-lisan mereka
Sedikitnya para penulis pada masa Rasul SAW
Dikarenakan orang Arab atau para Sahabat masih banyak yang ummiy dan mereka menyandarkan pada kekuatan menghafal
Ditakutkan menyandarkan pada kekuatan menghafal
3.    Melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang disebut majelis al’ilmi
Didalam kesempatannya Rasul SAW juga menyampaikan Haditsnya melalui para sahabat tertentu, yang kemudian disampaikan kepada orang lain.
Melalui ceramah dan pidato ditempat terbuka, seperti ketika haji wada’ dan futur Makkah AL-Qur’an.
4.    Metode pengajaran Hadits secara verbal atau lisan
Metode pengajaran Hadits secara tertulis
Metode pengajaran Hadits dengan cara denontrasi (praktek actual)
 

E.       DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo.2007. Ilmu Hadits dan Perkembanganya di Indonesia.PT Bumi Aksara:Jakarta.

Q-Anees,Bambang,dkk.2003.Hadits Untuk Umum.Prenada Media: Jakarta Timur.

Mishbah Yazdi,Muhammad Taqi.2003.Buku Daras Hadits Islam.Mizan (IKAPI):Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar