Jumat, 21 September 2012

Surat IBU Untuk Para Aktivis Kampus

"Dimana rumahmu Nak?"

-Orang bilang anakku seorang aktivis...
Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana..
-Orang bilang anakku seorang aktivis...
Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat..

Tapi, bolehkah aku sampaikan padamu nak ? 
Engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu. 

-Anakku.!
sejak mereka bilang engkau seorang aktivis.. 
Ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis..
Dengan segala kesibukkanmu, Ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak.! tapi, apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak.?
Sungguh, setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu
bersamamu nak.! Dan tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia. 

-Anakku.! 
kita memang berada disatu atap yang sama, saat dulu engkau bermanja
dengan ibumu ini.
Tapi, kini dimanakah rumahmu nak.?
Ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah, dengan penuh doa dan harapan agar Allah senantiasa menjagamu..
Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut.
Mungkin tawamu telah habis hari ini. tapi, Ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk Ibu yang begitu merindukanmu .
-Kenapa.?
Kenapa lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti.! bahwa engkau begitu lelah dengan segala
aktivitasmu, hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibumu.! 
jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada Ibumu  saja engkau tiada mampu. Malah Ibu harus mendengarkan ungkapan yang sering kau ucapkan..
-Katamu .!
engkau sedang sibuk mengejar deadline. 
Padahal, andai kau tahu nak.! 
Ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini dan memastikan engkau baik-
baik saja serta memberikan sedikit nasehat yang Ibu yakin engkau pasti lebih tahu itu. Ibu memang bukan aktivis.! tapi, bukankah aku ini Ibumu.?
Orang yang 9 bulan membawamu kemana aku pergi..
-Anakku.!
Ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak.?
Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu serta engkau
Habiskan waktu untuk mengatur segala strategi dalam mengkader anggotamu. Dan kelihatannya Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, Ibu bangga padamu nak.!
nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak.?
Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu.?
Kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak.?
Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak.?

Anakku.!
ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu.!
Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu.!
Memang nak.! menghabiskan waktu dengan keluargamu tidak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat dan tidak juga menyelesaikan berbagai amanah
yang harus engkau lakukan.
Tapi, bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak.!
Dan bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak.!

Anakku.!
Ibu mencoba membuka buku agendamu.!
"Buku Agenda Sang Ativis" disana Ibu melihat Jadwalmu begitu padat, ada rapat disana-sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh- tokoh penting.

Ibu membuka lembar demi lembarnya.!
Tapi, disana hanya ada sekumpulan agenda dan ada sekumpulan mimpi serta harapanmu..

Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya.!
Tapi, masih saja tidak Ibu temukan.!

Ibu berharap bahwa nama Ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak..
Apakah tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini nak.!
Apakah tak ada cita-cita untuk ibumu ini nak.!

Padahal.!
Jika engkau ingin mengetahuinya nak.!
Sejak engkau ada dirahim ibu, tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu.melainkan cita dan agenda
untukmu, "Putra Kecilku"..

Kalau boleh Ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional.

Boleh ibu bertanya nak.!
Dimana profesionalitasmu untuk ibu.?
Dimana profesionalitasmu untuk keluarga.?
Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat.?

Mungkin waktumu terlalu mahal untuk Ibumu nak. Sampai-sampai Ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama Ibu.!

Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Sekalipun pertemuan dengan orang
tercintamu nak..
Waktu tak bisa kembali walau hanya sedetik.!

Dan hingga saat itu tiba, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan.

Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga
masih malu tuk diucapkan .
Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai..

NB: Jangan sia-siakan waktu untuk Keluargamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar